LAPORAN KIMIA ANALITIK (PENGENCERAN)
LAPORAN
TETAP
PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
PENGENCERAN
LARUTAN
Deiska
Centrilisyana
05031381722084
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTAIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat
tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda-beda.
Susunan dan sifat partikel sangat menentukan wujud zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut (Putri et al.,
2017).
Sifat-sifat
suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya, untuk menyatakan
komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang
menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Jumlah terlarut
yang berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan energi panas yang berbeda
pula, yang nantinya akan mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih
suatu larutan merupakan suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu
sama dengan tekanan udara luar yaitu tekanan yang diberikan pada permukaan cairan
(Khikmah, 2015).
Konsentrasi larutan adalah
komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat
terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah
larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak
zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh tetapi tidak di planet lain. Air
merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan pelarut yang
baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti
garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic (Adha,
2015).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum
kali ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari perhitungan serta pembuatan
suatu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya serta melakukan pengenceran
dari larutan tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsentrasi
Konsentrasi larutan
adalah komposisi yang menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat
terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah
larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat mengandung lebih banyak
zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh tetapi tidak di planet lain. Air
merupakan bahan pelarut yang universal, sehingga air merupakan pelarut yang
baik untuk diguanakan sebagai pelrut dengan zat terlarut lainnya. Air mampu
melarutkan berbagai jenis senyawa kimia misalnya seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organic (Adha, 2015).
Konsentrasi
dari suatu larutan menunjukkan berapa banyak jumlah atau kuantitas suatu zat
terlarut dalam larutan tersebut. Nilai dari konsentrasi suatu larutan dapat
dinyatakan dalam beberapa satuan, antara lain: molaritas, normalitas, persen
berat, persen volume, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm). Molaritas menyatakan
banyaknya jumlah mol suatu zat terlarut per liter satuan (M) , sedangkan
normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut yang ada dalam setiap liter
larutan (N). Persen berat untuk menyatakan banyaknya zat terlarut ata pelarut (Khikmah, 2015).
2.2 Larutan
Larutan adalah suatu campuran
homogen (merata) yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang
bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut (zat) pelarut. Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi
oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka
digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat
terlarut terhadap pelarut. Untuk jumlah terlarut yang berbeda-beda pada setiap
larutan, maka dibutuhkan energi panas yang berbeda-beda pula, yang nantinya
akan bertujuan untuk mempengaruhi titik didih larutan tersebut (Khikmah, 2015).
2.3 Pelarut
Pelarut
adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang
menghasilkan. sebuah larutan. Pelarut
paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air dan pelarut lain yang juga umum digunakan
adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut biasanya memiliki
titik didih rendah dan lebih mudah menguap meninggalkan substansi terlarut yang
didapatkan, untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
terdapat dalam jumlah yang besar (Budiman, 2012).
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi
Suhu dan energi kalor merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran
derajat panas atau dinginnya suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang mengalir
dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, dan
sesuatu itu menyebabkan benda yang bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu
benda tetap tetapi mengalami peubahan wujud. Kenyataan yang sesungguhnya jumlah
kalor yang sama diberikan pada beberapa jenis benda yang berbeda menunjukkan
bahwa masing-masing benda mengalami kenaikan suhu yang berbeda-beda, hal ini
menunjukkan bahwa setiap jenis benda memiliki kemampuan menyerap kalor yang
berbeda-beda, pada umumnya yang mempunyai sifat menyerap kalor yang baik, maka
benda tersebut juga bersifat melepas kalor yang baik (Saufiyah et al., 2015).
Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul
mendapat energi yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang
selanjutnya berubah menjadi uap. Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada
larutan berbeda-beda tergantung besarnya jenis zat terlarut dan konsentrasinya
(Arlita, 2013).
Semakin banyak jenis zat terlarut yang dicampurkan
maka semakin tinggi pula titik didih larutannya dan begitu juga sebaliknya jika
jenis zat terlarut yang dicampurkan semakin sedikit maka titik didihnya juga
semakin rendah, jadi semakin besar konsentrasi larutan maka energi yang
digunakan juga semakin besar maka waktu yang diperlukan juga akan semakin kecildan
begituga juga sebaliknya pada waktu (Ansar, 2011).
BAB 3
METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum konsentrasi
suatu larutan dilaksanakan pada 5 Maret 2018, pukul 10.00-11.40 wib di
Laboratarium Kimia Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya,
Indralaya.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah: 1). ball pipet, 2). beaker glass, 3). gelas
ukur, 4). labu takar, 5). pipet tetes, 6). pipet ukur.
Bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah: 1). aquadest, 2). NaOH, 3). HCl.
3.3
Cara
Kerja
Cara kerja pada praktikum kali ini
adalah:
1.
Timbanglah NaOH sebanyak yang telah
Saudara hitung di dalam gelas Beaker 25 mL.
2.
Tambahkan aquadest ke dalam gelas Beaker
sebanyak 20 mL dan aduk dengan pengaduk kaca hingga larut.
3.
Siapkan labu takar 100 mL dan bilaslah
labu tersebut dengan aquades sebanyak 2kali.
4.
Tuanglah larutan NaOH yang telah larut
tersebut ke dalam labu ukur dan bilas gelas Beaker sebanyak 3 x dengan sedikit
aquadest dan air bilasannya dimasukkan ke dalam labu ukur.
5.
Tutuplah labu ukur dan gojog secara
perlahan dengan posisi tutup labu ukur di bagian bawah.
6.
Tambahkan aquadest ke dalam labu ukur
sampai batas tanda pada labu dan gojog kembali secara perlahan.
7.
Apabila larutan ini akan digunakan maka perlu
digojog kembali.
8.
Lakukan hal yang sama untuk HCl
(dikarenakan HCl berbentuk cairan maka dipipet dengan pipet ukur bukan
ditimbang).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Hasil dari praktikum Konsentrasi suatu
larutan adalah:
1.
NaOH
Diketahui : BM NaOH= 40
Molaritas= 1
M
Pelarut= 100
ml
Ditanya: gram NaOH 1 M
Penyelesaian: M =
=
x
1 M =
x
M =
0,4 gram
Jadi
gram NaOh yang digunakan untuk membuat 100 ml NaOH dengan konsentrasi 1 M
adalah 0,4 gram NaOH.
2.
HCl
Diketahui
: BM HCl = 36,5
ρ = 1 M
% HCl = 37 %
Ditanya:
ml HCl?
Penyelesaian:
M =
=
= 12, 06 M
V1
x M1 = V2 x M2
V1
x 12, 06 M = 100 ml x 1 M
V1
=
=
8,29 ml.
Jadi
ml HCl yang digunakan untuk membuat 1 M HCL dalam 100 ml sebanyak 8,29 ml.
4.2Pembahasan
Praktikum
kali ini mengenai konsentrasi suatu larutan untuk membuat suatu larutan perlu
dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam menghitung konsentrasinya dapat
dinyatakan dengan molalitas, molaritas, normalitas dan lain sebagainya. Sebelum
menghitung konsentrasi terlebih dahulu kita perlu menentukan masa atom
relative, massa molekul relative, volum dari pelarut massa larutan tersebut.
Dalam pembuatan larutan juga perlu menggunakan ketelitian yang tinggi karena
jika terjadi kesalahan yang kecil saja larutannya tidak akan menjadi larutan
yang diinginkan. Konsentrasi suatu larutan juga
dapat mempengaruhi sifat dari larutan itu sendiri. Larutan bersifat encer karena
memiliki konsentrasi yang rendah. Ini berarti larutan tersebut mengandung
solute (zat terlarut) yang jika dibandingkan jumlahnya lebih sedikit daripada
pelarutnya. Dan sebaliknya, larutan dapat dikatakan bersifat pekat apabila memiliki
konsentrasi yang tinggi, ini berarti larutan tersebut mengandung solvent
(pelarut) yang perbandingannya lebih sedikit ketimbang zat terlarutnya.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut
dan pelarut di dalam larutan.
Praktikum
kali menggunakan satuan molaritas untuk membuat larutan NaOH 1 M dan HCl 1 M,
masing-masing sebanyak 100 ml., untuk mencari molaritas, ada beberapa rumus
yang dapat digunakan. Didapatkan bahwa diperlukan 0,4 gram NaOH untuk membuat
larutan tersebut dan untuk mencari molaritas HCl, kita menggunakan rumus yang berbeda
karena HCl berupa cairan, didapatkan dari perhitungan, kita memerlukan sekitar
12,06 ml HCl untuk membuat larutan HCl dengan konsentrasi 1 M sebanyak 100 ml.
Proses pengenceran, mencampurkan
larutan padat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Ada hal penting untuk pengamanan yang
perlu diperhatikan jika suatu larutan atau senyawa pekat diencerkan.
Kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan
dengan menimbang zat yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan.
Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat
jenuh yang ditandai masih terdapat zat yang tidak larut didasar wadah setelah
dilakukaan pengocokan dan didiamkan.
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Konsentrasi
merupakan satuan yang dipakai untuk menyatakan jumlah zat terlarut di dalam
suatu larutan.
2. Konsentrasi
dapat dihitung dengan mencari molaritas, normalitas, molalitas, persen berat,
dan ppm (part per million).
3. Konsentrasi
dapat mempengaruhi sifat larutan itu sendiri.
4. Larutan
dikatakan encer apabila berkonsentrasi rendah, berarti zat terlarut lebih
sedikit ketimbang pelarutnya.
5. Larutan
dikatakan pekat apabila berkonsentrasi tinggi, berarti pelarut lebih sedikit
ketimbang zat terlarutnya.
6. Rumus untuk
mencari molaritas padatan adalah .
7. Rumus untuk
mencari molaritas cairan adalah .
8.
Larutan merupakan campuran homogen antara dua tau
lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adha,
S. D. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak
Terhadap Desorpsi Kadmium (II)
yang Terikat Pada Biomassa Azolla Micropylla-Sitrat. Kimia Student Journal.
1 (1), 636-642.
Ansar. 2011. Pengaruh Suhu dan
Kelembaban Udara Terhadap Perubahan Mutu
Tablet
Effervescen Sari Buah Selam Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 22 (1), 73-77.
Arlita,
M. A. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Penyerapan Larutan
Gula Pada Bengkuang (Pachyrrhizus
erosus). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 2 (1), 85-94.
Budiman
, A. 2012. Studi Eksperimental Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap
Laju Pelepasan Material Pada
Proses Electrochemical Mechining. Jurnal Teknik Pomits. 1 (1), 1-5.
Khikmah,
N. 2015. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential
Injection Analysis. Kimia Student Journal. 1 (1), 613-615.
Putri,
L.M.A., Trapsilo, P., Bambang, S. 2017. Pengaruh
Konsentrasi Larutan
Terhadap
Laju Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 6 (2), 147-153.
Saufiyah,
R., Ingriyani , L., Putra, M. D. 2015.
Pengaruh Konsentrasi NaHSO3
dan Suhu Pada Produksi Surfaktan
Dari Sekam Padi Melalui Sulfonasi Langsung. Konversi. 4 (1), 6-11.
Komentar
Posting Komentar